KETIKA ANAK-ANAK BERTANYA??
Ketika
Anak dari Seorang Ibu Ayu Maharani bertanya, Zhafira namanya : "mah malaikat itu punya sayap sejak pertama kali
diciptakan atau di kasih hadiah Allah karena ketaatannya? seperti iblis
yang pada awalnya adalah makhluk yang taat dan baik sehingga di beri
hadiah Allah 600 sayap ya mah?"...
hugkgkgk sejauh itu!? aku saja ga pernah berpikir sejauh itu naaak,
apalagi ketika usianya seumuranmu (pikirku dalam hati)...
Meski sebenarnya ada perasaan bahagia anakku itu kritis, tapi juga cemas
karena banyak sekali hal-hal yg dikritisinya ummi atau bapaknya
sekalipun belum bisa menjawabnya. Tandanyaa ilmu kami sebagai orang tua
itu masih kurang, dan tandanya lagi harus terus belajar dan belajar
untuk bisa membimbing dan mengarahkan mereka lebih baik lagi.
Zaman sudah banyak berubah, tidak seperti dulu yang informasi masih sulit di akses. Namun ada kalanya permainan anak-anak itu menjadi hal yang banyak menguras olah fisik, sehingga secara kemampuan motoris lebih berkembang dan lues. Siapa yang takkenal sondmanda, lompat tali, gathengan, main gundu, petak umpet, pathok lele dsb?Hal yang sulit ditemukan di era zaman sekarang.
Apalagi di kota yang nota bene lahan permainan berkurang, kehadiran play stasion, game-game online yang bisa diakses dari kotak ajaib ukuran 4 inchi saja lebih menarik bagi anak-anak. Akses internet mudahkan semua orang untuk mencari tau apa saja kapan saja dimana saja.
Teknologi seharusnya membuat orang lebih taat kepada Allah bukan malah sebaliknya, namun kadang cara berpikir praktis serba instan malah menunjukkan fenomena sebaliknya. Kurangnya keilmuan tentang agama yang merupakan benteng utama menjalani kehidupan digital banyak menjadikan kita kalap dan tidak menempatkan teknologi informasi pada tempatnya.
Anak zaman sekarang memang takbisa disamakan dengan anak zaman dulu yang nonton televisi saja harus nebeng ke rumah tetangga. Lha sekarang meski ga punya televisi bisa saja streamming atau jika tidak download di you tube tayangan yang lebih selektif, meski ya itu tadi harus bisa juga menanggapi kritisnya anak yang sering takterduga. Jangan sampai tujuannya kita mengajari dan membimbing mereka eee malah kita sendiri tidak tahu.*tutup muka Seperti kejadian siang ini ketika aisyah nonton acara khazanah tentang Iblis umminya angkat tangan. Sebagai apologiku siang ini aku katakan "wah syah ummi belum tau, lha wong ummi sekolahnya gizi kok ditanya itu, coba nanti nanya ustadz Musyawir(guru ngajinya) yang belajarnya tentang syari'ah"...
Sungguh benar perkataan ulama: "didiklah anak sesuai zamannya"... ketika sekarang akses informasi mudah di akses berarti orang tua dan guru juga tidak boleh stagnan belajar sampai segitu saja. Belajar, belajar dan belajar terutama dalam ilmu dien(agama). Karena jika Allah menghendaki kebaikan seseorang maka dipahamkanlah orang tersebut dari agamanya.
Zaman sudah banyak berubah, tidak seperti dulu yang informasi masih sulit di akses. Namun ada kalanya permainan anak-anak itu menjadi hal yang banyak menguras olah fisik, sehingga secara kemampuan motoris lebih berkembang dan lues. Siapa yang takkenal sondmanda, lompat tali, gathengan, main gundu, petak umpet, pathok lele dsb?Hal yang sulit ditemukan di era zaman sekarang.
Apalagi di kota yang nota bene lahan permainan berkurang, kehadiran play stasion, game-game online yang bisa diakses dari kotak ajaib ukuran 4 inchi saja lebih menarik bagi anak-anak. Akses internet mudahkan semua orang untuk mencari tau apa saja kapan saja dimana saja.
Teknologi seharusnya membuat orang lebih taat kepada Allah bukan malah sebaliknya, namun kadang cara berpikir praktis serba instan malah menunjukkan fenomena sebaliknya. Kurangnya keilmuan tentang agama yang merupakan benteng utama menjalani kehidupan digital banyak menjadikan kita kalap dan tidak menempatkan teknologi informasi pada tempatnya.
Anak zaman sekarang memang takbisa disamakan dengan anak zaman dulu yang nonton televisi saja harus nebeng ke rumah tetangga. Lha sekarang meski ga punya televisi bisa saja streamming atau jika tidak download di you tube tayangan yang lebih selektif, meski ya itu tadi harus bisa juga menanggapi kritisnya anak yang sering takterduga. Jangan sampai tujuannya kita mengajari dan membimbing mereka eee malah kita sendiri tidak tahu.*tutup muka Seperti kejadian siang ini ketika aisyah nonton acara khazanah tentang Iblis umminya angkat tangan. Sebagai apologiku siang ini aku katakan "wah syah ummi belum tau, lha wong ummi sekolahnya gizi kok ditanya itu, coba nanti nanya ustadz Musyawir(guru ngajinya) yang belajarnya tentang syari'ah"...
Sungguh benar perkataan ulama: "didiklah anak sesuai zamannya"... ketika sekarang akses informasi mudah di akses berarti orang tua dan guru juga tidak boleh stagnan belajar sampai segitu saja. Belajar, belajar dan belajar terutama dalam ilmu dien(agama). Karena jika Allah menghendaki kebaikan seseorang maka dipahamkanlah orang tersebut dari agamanya.
0 comments:
Post a Comment